Minggu, 29 Maret 2009

TEMU PUTIH UNTUK STROKE


Joko Suryo: Mendadak Lumpuh

Selama 30 tahun lebih bekerja di sebuah hotel, saya tidak pernah merasakan sakit berat. Hingga pensiun, paling-paling batuk-pilek saja yang saya alami. Saya merasa menjadi orang paling sehat sedunia.

Bayangkan saja, banyak teman sebaya, setelah pensiun mengidap penyakit dalam, bahkan ada yang mengalami stroke. Barangkali karena hidup mereka terbawa stres. Saya menjalani hidup apa adanya.

Masa pensiun saya jalani dengan suka cita. Namun, kebanggaan itu sirna. Suatu ketika di awal Januari 2002, pagi hari saat hendak bangun tidur, badan susah digerakkan. Jangankan untuk bangun, bergerak ke kiri kanan saja tak sanggup.

Saya tak mengira ada serangan mendadak itu. Bayangkan saja, malam harinya saya masih bersendau gurau, paginya tak berdaya. Hingga tiga kali badan ini saya bangunkan tidak kunjung bisa. Beruntung, di tengah keputusasaan tidak bisa mengangkat badan, datang anak menghampiri ke kamar tidur.

Seketika itu, anak membopong saya ke kamar mandi untuk berbilas. Lagi-lagi sampai di kamar mandi pun saya terlunglai lemas tak bisa apa-apa. Anak juga berusaha memijat-mijat sekujur tubuh, namun tak juga membawa kebaikan. Karena saya dari dulu tak pernah mau berobat ke dokter, anak saya pun tak berani membawa ke dokter.

Lalu, anak mencoba menghubungi kenalan saya yang bekerja di Puskesmas. Dari ciri-ciri yang diceritakan anak ke teman, mereka menganggap saya mengalami stroke ringan.

Tanpa diduga, siang harinya Bu Andjar datang ke rumah. Setelah melihat keadaan saya, Bu Andjar yang kebetulan membawa berbagai racikan tanaman obat memberi segelas seduhan temuputih.

Meski rasanya kurang enak, sedikit demi sedikit ramuan temuputih saya minum. Setelah itu saya berbaring lagi di tempat tidur. Aneh bin ajaib, malam harinya saya bisa bangun sendiri tanpa bantuan anak lagi. Bahkan saya sudah bisa jalan-jalan keliling rumah.

Walau saya belum memeriksakan diri ke dokter, gejala stroke yang saya alami bisa sembuh berkat temuputih. Kini, sekadar menjaga kesehatan di hari tua ini, saya kerap minum ramuan temuputih dicampur temumangga, jahe, dan kencur. Badan pun terasa lebih enak dan segar.


TENTANG TEMU PUTIH
(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
Familia : Zingiberaceae

Uraian :
Herba setahun, dapat lebih dari 2 m. Batang sesungguhnya berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwama coklat muda coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan aromatilc. Daun tunggal, pelepah daun membentuk batang semu, berwarna hijau coklat tua, helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43-80 cm atau lebih. Bunga majemuk susunan bulir,diketiak rimpang primer, tangkai berambut. Daun pelindung berjumlah banyak, spatha dan brachtea; rata-rata 3-8 x l,5-3,5cm. Kelopak 3 daun, putih atau kekuningan, bagian tengah merah atau coklat kemerahan, 3 -4 cm. Mahkota: 3 daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir bibiran membulat atau bulat telur terbalik, ujung 2 lobe, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm. Benang sari 1 buah, tidak sempuma, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16 x 10-115 mm, tangkai 3 5 x 2-4 mm, kepala sari putih, 6 mm. Buah: berambut, rata-rata 2 cm. Waktu berbunga Agustus - Mei. Tumbuh di daerah tropis, 750 m dpI di Jawa dibudidayakan sebagai tanaman obat, di bawah naungan. Produksi terpenoid pada kultur organ Curcuma zeodaria relatif lebih banyak bila dibandingkan kultur kalus. Diferensiasi sel dapat menginduksi biosintesis terpenoid.


Sumber :
http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0403/06/052654.htm
30 Maret 2009
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/gambar/temu_putih.jpg

Sumber Gambar:
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/gambar/temu_putih.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar