Minggu, 29 Maret 2009
PENCEGAHAN SERANGAN STROKE
Kasus stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia (kompas.com) menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990-an sebuah penelitian menunjukkan kasus stroke mencapai 3,98% dari seluruh penduduk. Diperkirakan 500.000 penduduk mendapat serangan stroke dan sekitar 125.000 di antaranya meninggal atau cacat seumur hidup.
Setelah tahun 2000 kasus stroke ternyata terus melonjak. Pada 2004 hasil penelitian di beberapa rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau tidak dibawa kerumah sakit (karena tidak mampu atau jarak ke rumah sakit sangat jauh) jauh lebih besar.
Meskipun begitu ganasnya stroke, namun stroke berpenampilan low profile di antara pembunuh-pembunuh utama lainnya (seperti jantung, kanker), sehingga sering terabaikan. Hal ini disebabkan stroke bergerak diam-diam tanpa ‘ribut’ karena tidak menimbulkan gejala yang jelas (kadang cuma kesemutan) atau mirip gejala penyakit lain, sampai terjadi serangan yang benar-benar fatal.
Hentikan sebelum stroke menyerang
Hampir 80% stroke bisa dicegah, demikian hasil penelitian the National Stroke Association. Tentu saja ada pengecualiannya, yaitu Jika dalam keluarga ada beberapa orang yang kena stroke, maka ini merupakan faktor risiko berupa garis keturunan.
Penting sekali dilakukan upaya pencegahan stroke meeskipun ada hal yang merupakan faktor risiko yang tidak dapat diubah dan banyak faktor risiko lain yang dapat dikendalikan.
Faktor risiko yang dapat dikendalikan
Bagaimana menjaga agar Anda tidak mudah kena serangan stroke?
1. Jaga tekanan tetap rendah. Tekanan darah yang tinggi (140/90) meningkatkan risiko serangan stroke empat sampai lima kali. Jika tekanan darah Anda tinggi (menderita hipertensi) lakukan usaha untuk menurunkannya. Mengontrol tekanan darah merupakan hal yang sangat penting.
2. Jaga kadar kolesterol tetap rendah. Kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL akan membuat Anda berisiko kena serangan stroke. “Sekitar separuh serangan stroke disebabkan adanya plak dalam pembuluh darah arteri karotid,” kata Richard Lee, MD. “yaitu arteri yang menyuplai darah ke otak.” Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan terbentuknya plak pada pembuluh darah arteri. Jika pola makan dan olahraga tidak mampu menurunkan angka kadar kolesterol, kunjungi dokter Anda untuk minta obat penurun kadar kolesterol.
3. Hentikan merokok. Merokok tidak saja merusak paru-paru tetapi juga otak Anda. Tetapi pada kenyataannya, merokok membuat risiko serangan stroke menjadi dua kali lipat.
4. Sadarilah jika Anda mempunyai atrial fibrillation. Ini adalah suatu kondisi dimana salah satu kamar jantung bagian atas berdetak tidak sinkron dengan jantung. Hal ini menyebabkan terjadi penggumpalan darah, yang jika terbawa sampai ke pembuluh darah di otak, bisa menyebabkan stroke.
5. Waspadai berat badan. Tambahan ekstra berat badan akan menyebabkan sistem sirkulasi tubuh bekerja berlebihan. Dan ini meningkatkan risiko seranqan stroke. Kini banyak wanita-wanita muda yang kena stroke, diduga keras disebabkan kelebihan berat badan..
6. Kontrol kadar gula darah. Diabetes tipe 1 maupun tipe 2 merupakan faktor risiko serangan stroke. Dan stroke akan lebih merusak saat serangan datang ketika kadar gula tinggi. Jika Anda penderita diabetes, pastikan kadar gula darah Anda tetap pada level normal.
7. Hindari minuman keras berlebihan. Secara umum peningkatan konsumsi minuman beralkohol meningkatkan tekanan darah, sehingga memperbesar risiko stroke (iskemik maupun hemoragik). Tetapi sebaliknya, konsumsi minuman keras yang wajar saja, tidak berlebihan, justru bisa mengurangi daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya tablet aspirin.
8. Jauhi obat-obatan terlarang. Penggunaan obat-obat terlarang seperti kokain memicu faktor risiko lain seperti hipertensi, serangan jantung, penyakit pembuluh darah, gangguan denyut jantung yang masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan darah. Mariyuana meski menurunkan tekanan darah, tetapi jika berinteraksi dengan penyebab hipertensi seperti merokok, berpotensi merusak pembuluh darah. Semua itu memicu serangan stroke.
Faktor risiko yang tak dapat dikendalikan
Menghadapi faktor risiko yang tak dapat dikendalikan, Anda tidak dapat berbuat banyak. Jika Anda termasuk mempunyai salah satu faktor berikut ini, berarti Anda mempunyai risiko tinggi untuk mendapat serangan stroke.
1. Usia. Makin tua Anda, makin tinggi risiko Anda mendapat serangan stroke. Setelah berusia 55 tahun, risiko Anda menjadi dua kali lipat dan meningkat setiap kurun waktu 10 tahun. Menurut hasil penelitian, dua pertiga serangan stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun. Tetapi itu tidak berarti bahwa stroke hanya menyerang mereka yang sudah berusia lanjut, stroke juga dapat menyerang semua kelompok umur.
2. Jenis kelamin. Ternyata pria lebih berisiko kena serangan stroke, demikian hasil penelitian. Tetapi lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Serangan stroke pada pria umumnya terjadi pada usia lebih muda dibanding wanita, sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Wanita, meski jarang kena stroke, namun serangan itu datang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar. Selain itu, gejala pada wanita sangat berbeda dengan gejala umum, sehingga terabaikan.
3. Garis keturunan. Stroke sangat diduga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang berperan adalah hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil). Gaya hidup dan pola makan keluarga (biasanya sulit diubah!) juga mendukung risiko serangan stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah agaknya merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibanding faktor risiko lainnya. Dan biasanya diderita oleh orang-orang muda.
4. Menopause. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ketika produksi estrogen berkurang dalam proses menopause, risiko stroke pada wanita meningkat dengan drastis. Untuk mengurangi efek menopause sekaligus menurunkan risiko stroke, umumnya disarankan melakukan terapi sulih hormon. Tetapi sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk memperkecil efek samping (kanker payudara dan kanker rahim).
5. Pil kontrasepsi. Faktor risiko pada penggunaan pil kontrasepsi berkaitan dengan terjadinya fluktuasi dan perubahan hormonal yang mempengaruhi wanita dalam berbagai tahapan kehidupannya. Penelitian menyimpulkan bahwa kontrasepsi oral jenis lama dengan kadar estrogen tinggi, dapat memperbesar risiko stroke. Tetapi kontrasepsi oral jenis baru yang berkadar estrogen rendah, secara nyata tidak meningkatkan risiko stroke.
6. Hamil dan melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dan kelahiran membuat wanita berisiko kena serangan stroke walau tidak tinggi, yaitu hanya 8 wanita di antara 100 wanita hamil. Risiko stroke terbesar terjadi pada periode 6 minggu setelah melahirkan. Penyebabnya tidak diketahui, namun diduga perubahan hormonal pada akhir kehamilan dapat meningkatkan risiko serangan stroke.
Sumber :
http://stroke.muslim-indonesia.com/?p=11
30 Maret 2009
Sumber Gambar:
http://www.post-gazette.com/images3/20050907stroke_tia.gif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar